Sragen – Di sudut kecil pedesaan Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen, berdiri sebuah rumah sederhana yang hampir luput dari perhatian. Sebuah gubuk kecil di pinggir sawah, dikelilingi hijaunya padi dan sejuknya angin pagi. Di situlah Enjel Lia Ramadani, remaja perempuan berusia 17 tahun, menjalani hidup dengan ketegaran yang tak biasa.
Sejak berumur satu bulan, Enjel telah ditinggalkan oleh Bapak dan ibunya. Kepergian itu bukan karena kematian, melainkan lenyap tanpa kabar. Ayahnya pun sudah menjalani kehidupan baru dengan menikah lagi. Tak ada alamat, tak ada pesan, hanya bayang-bayang yang tersisa dalam cerita sang nenek. Selama 17 tahun, Enjel tumbuh dalam asuhan kakek dan neneknya, dua sosok renta yang menjadi dunianya. Namun kebersamaan itu berkurang ketika sang Mbah Kakung meninggal dunia pada tahun 2023, meninggalkan lubang sunyi yang sulit ditambal,Tak lama berselang, Mbah Buyut Mariyam ditemukan meninggal dunia setelah hanyut di belakang rumah, dan jasadnya ditemukan di wilayah Pengkok. Sejak saat itu, Enjel benar-benar hidup sendiri di gubuk kecil peninggalan keluarga.
Kini, Enjel benar-benar hidup sebatang kara. Ia hanya ditemani rumah kecil yang kian rapuh dimakan usia. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Enjel sesekali mendapat bantuan dari pamannya, Dwi Warsito, yang kini tinggal di Wonogiri. Namun untuk urusan sehari-hari, semua ia jalani sendiri — dari memasak, mencuci, hingga menyiapkan segala sesuatu sebelum berangkat ke sekolah.
Enjel adalah siswi kelas XII di SMK KOSGORO Pengkok, mengambil jurusan Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi (TJKT). Ia dikenal sebagai anak yang rajin dan penuh semangat. Setiap pagi, sebelum matahari tinggi, ia bangun untuk menyiapkan sarapan, membereskan rumah, dan berangkat menuntut ilmu. Sepulang sekolah pukul 16.00 WIB, ia kembali bekerja — mencuci pakaian, menyapu halaman, dan membersihkan dapur. Malam hari, ia habiskan sendiri dalam keheningan.
Namun minggu lalu, sebuah cahaya kecil hadir di tengah gelapnya perjuangan Enjel. Persatuan Polisi Wanita (Polwan) Polres Sragen datang membawa harapan. Melalui AKP Suyana Kapolsek Kedawung dan tiga orang anggota — salah satunya bernama Suyana — mengunjungi rumah Enjel. Mereka datang bukan hanya untuk melihat kondisi rumah, tetapi juga untuk memberikan bantuan nyata.
Melihat kondisi dapur yang hampir roboh, tim Polwan langsung merencanakan perbaikan ruang masak sederhana itu. Selain itu, mereka juga memberikan bantuan berupa springbed agar Enjel bisa tidur lebih nyaman, menggantikan alas lama yang tak lagi layak pakai.
“Saya senang sekali, dan terima kasih banyak kepada ibu-ibu Polwan dari Polres Sragen. Bantuan ini sangat berarti untuk saya,” ucap Enjel lirih, matanya berkaca-kaca menahan haru.
Sebelumnya, Enjel juga telah menerima bantuan sembako dari Polres Sragen. Meskipun hidup jauh dari kemewahan, bantuan dan perhatian dari para anggota kepolisian menjadi penyemangat tersendiri. Ia merasa tidak benar-benar sendiri — karena masih ada yang peduli.
Gubuk kecil di depan sawah itu mungkin tak berubah bentuknya secara drastis. Tapi di dalamnya, kini ada springbed baru, dan yang lebih penting, ada secercah harapan baru bagi Enjel. Bagi seorang remaja sebatang kara, perhatian sekecil apapun bisa berarti dunia.
Kapolsek Kedawung AKP Suyana tidak hanya datang membawa bantuan, tetapi juga pesan moral bagi warga sekitar. Dalam kunjungannya, ia dengan tegas menyampaikan bahwa Enjel adalah tanggung jawab bersama.
“Anjel adalah seorang gadis remaja yang hidup sendiri. Dia adalah tanggung jawab kita bersama. Jangan sampai karena kekurangan kebutuhan, dia melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama. Tolong diawasi dan diberikan perhatian khusus,” ucap Kapolsek Yana kepada warga.
Tak hanya itu, Kapolsek Yana juga menyampaikan komitmen pribadi dan institusinya untuk mendampingi masa depan Enjel. Ia menyatakan siap membantu proses kerja Enjel ke Jepang setelah lulus sekolah nanti.
“Jika nanti Anjel lulus dan ingin kerja ke Jepang, kami siap bantu prosesnya. Ini bentuk tanggung jawab kami terhadap masa depan anak ini,” tambahnya.
Suyadi, Ketua RT setempat, saat ditemui Berita Istana, membenarkan kondisi Enjel. Ia menceritakan bahwa sekitar tiga bulan lalu, ia pernah mendatangi pihak desa dan kecamatan untuk mengadukan kondisi Enjel. Namun, bukan bantuan yang datang, melainkan hanya permintaan untuk membawa KTP.
“Saya datang ke kecamatan, tapi cuma disuruh bawa KTP. Tidak ada tindak lanjut sampai sekarang,” ungkap Suyadi saat ditemui di rumah warga bernama Hardiman.
Langkah kecil Persatuan Polwan Polres Sragen telah meninggalkan jejak besar di hati seorang anak. Bukti bahwa kepedulian dan kasih sayang adalah bentuk paling murni dari kehadiran negara di tengah rakyatnya.(Har)