Sintang, Kalbar | Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SMAN 1 Sintang menuai sorotan setelah seorang siswa diduga menemukan ulat pada makanan yang dibagikan di sekolah, Kamis (30/10). Informasi ini pertama kali diterima orang tua siswa, kemudian dilaporkan kepada PT Berita Istana Negara melalui Kaperwil Kalbar.
Mendapat laporan tersebut, Kaperwil Kalbar segera mendatangi SMAN 1 Sintang dan menemui Kepala Sekolah SMAN 1 Sintang, Hardianto SPd MPd. Ia membenarkan adanya laporan dari guru mengenai temuan ulat pada makanan program MBG.
“Program MBG di Sintang baru berjalan satu minggu. Saya menerima laporan dari guru mengenai adanya ulat pada makanan itu,” ujar Hardianto.
Menariknya, Kepala Sekolah juga menyampaikan bahwa ia belum pernah mengunjungi dapur tempat pengolahan makanan MBG sejak program dimulai. Ia kemudian memberikan informasi terkait lokasi dapur MBG, yaitu di Jalan Adisucipto, samping rumah makan Densiko, serta kontak pihak yang bertanggung jawab dari Badan Gizi Nasional (BGN), saudari Elya.
Saat Kaperwil BIN Kalbar mendatangi dapur tersebut, tidak ditemukan saudari Elya. Namun, Kaperwil bertemu perwakilan sebuah yayasan yang mengelola dapur tersebut. Pihak yayasan terlihat terkejut dengan kedatangan media dan mempertanyakan alasan pemberitaan dilakukan sampai ke dapur produksi.
Selain itu, pihak yayasan juga mempertanyakan bagaimana siswa bisa membawa ponsel ke sekolah dan mengambil foto temuan ulat tersebut. Orang tua siswa menyampaikan bahwa ada upaya agar kasus ini tidak terekspos keluar, yang terkesan sebagai bentuk penutupan informasi mengenai insiden tersebut.
Senin (3/11), Kaperwil akhirnya bertemu dengan Elya. Ia mengaku telah berkoordinasi dengan pihak sekolah terkait temuan ulat pada makanan siswa. Elya menyebut akan melakukan penggantian menu sayur yang berpotensi tercemar dan meminta agar pemberitaan terkait program MBG disampaikan dengan cara yang “baik”.
“Kami akan mengganti sayur yang ada ulatnya. Jangan sampai berita ini menyebar luas,” ucapnya kepada Kaperwil BIN Kalbar.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan publik terkait pengawasan kualitas makanan dalam program MBG, terutama soal proses kebersihan dapur hingga distribusi. Orang tua siswa berharap kejadian serupa tidak terulang, mengingat program ini seharusnya menjamin makanan sehat dan aman bagi peserta didik.
Program MBG di Sintang baru berjalan sepekan, namun temuan ini membuka ruang evaluasi agar pelaksanaannya lebih transparan dan tepat sasaran, demi kesehatan peserta didik yang menjadi prioritas utama.(Wis)