Sragen – Di tengah teriknya matahari pagi, sosok Riki Astono tampak sibuk memeriksa satu per satu batang melon yang tumbuh subur di lahan seluas 3.000 meter persegi di Desa Kedawung, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen. Dengan telaten ia menyentuh daun, mengatur kadar air, dan memastikan pipa-pipa kecil sistem hidroponik bekerja sempurna. Siapa sangka, di balik kesibukannya sebagai Kepala Desa, Riki juga dikenal sebagai petani modern yang sukses membudidayakan melon dengan metode hidroponik, menghasilkan ribuan buah berkualitas premium setiap musim panen.
“Setiap tanaman punya nyawa,” ucap Riki Astono sambil tersenyum. Di antara deretan tanaman melon hijau segar yang tumbuh dalam sistem hidroponik, ia bukan sekadar petani, tetapi juga seorang pemimpin desa yang menjadikan pertanian modern sebagai inspirasi bagi warganya.
“Mengelola lebih dari 6.000 batang tanaman melon di lahan 3.000 meter persegi, Riki Astono membuktikan bahwa inovasi pertanian bisa berjalan seiring dengan tugas pemerintahan desa. Melalui sistem hidroponik yang efisien, hasil panen melon miliknya kini menjadi salah satu unggulan Desa Kedawung, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen.
“Udara pagi di Desa Kedawung terasa lebih segar saat aroma daun melon yang baru disiram air bercampur sinar matahari. Di sanalah Riki Astono, seorang Kepala Desa sekaligus petani, menanam harapan pada setiap tetes nutrisi yang mengalir di instalasi hidroponiknya.
Di tengah kesibukannya sebagai kepala desa, Riki Astono tetap menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati bukan hanya tentang duduk di balik meja, melainkan juga tentang memberi contoh nyata kepada masyarakat. Pria kelahiran 22 Februari 1983 ini dikenal luas sebagai Kepala Desa Kedawung, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen, yang tak hanya berdedikasi membangun desanya, tetapi juga aktif menggeluti usaha pertanian melon hidroponik.
Tinggal di Dukuh Kedawung RT 11, Desa Kedawung, Riki memanfaatkan lahan pribadinya seluas 3.000 meter persegi untuk bercocok tanam melon dengan kapasitas hingga 6.000 batang tanaman. Ia menggunakan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) — metode pertanian modern yang mengalirkan nutrisi langsung ke akar tanaman melalui lapisan air tipis, efisien dan ramah lingkungan.
Setiap 60 hari sekali, tanaman melon milik Riki siap dipanen. Dengan rata-rata berat 1,5 kilogram per buah, hasil panen mencapai sekitar 9 ton melon per siklus. Produksi sebesar ini tidak hanya menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarganya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi warga desa untuk memanfaatkan lahan yang dimiliki.
“Kalau dikelola dengan serius, pertanian seperti ini bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi warga. Saya ingin masyarakat melihat bahwa bercocok tanam bukan hal yang ketinggalan zaman,” tutur Riki dengan senyum khasnya yang ramah.
Sosok Riki Astono memang dikenal hangat dan rendah hati di lingkungan sekitar. Ia tak segan turun langsung membantu warga, baik dalam urusan pemerintahan maupun kegiatan sosial. Di sela-sela tugasnya sebagai kepala desa, setiap hari libur ia habiskan di kebun melon miliknya—menyiram, memangkas, hingga memastikan kualitas buah tetap terjaga. “Merawat tanaman membuat hati tenang. Dari sini saya belajar kesabaran dan ketekunan,” ungkapnya.
Namun, kiprahnya tak berhenti di dunia pertanian. Riki juga dikenal dekat dengan berbagai tokoh penting di tingkat kabupaten dan provinsi, sebuah kedekatan yang ia manfaatkan bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan demi kemajuan Desa Kedawung. Berkat jejaring dan komunikasi yang baik, ia berhasil membawa berbagai program pembangunan infrastruktur ke desanya.
Pembangunan tersebut tidak hanya mengandalkan Dana Desa (DD), tetapi juga didukung dari berbagai sumber aspirasi dan Bantuan Provinsi (Banprov). Berkat hal itu, jalan-jalan desa kini semakin baik, fasilitas umum meningkat, dan semangat gotong royong warga terus tumbuh.
Kini, Desa Kedawung dikenal sebagai salah satu desa yang berkembang pesat di Kecamatan Mondokan. Di balik keberhasilan itu, ada figur pemimpin yang berpikir maju namun tetap membumi. Riki Astono membuktikan bahwa seorang kepala desa bisa menjadi pemimpin sekaligus pelaku perubahan nyata, memadukan visi pembangunan dan keteladanan hidup.
Dengan tangan yang akrab memegang cangkul di pagi hari dan pena administrasi di siang hari, Riki Astono adalah cermin pemimpin desa sejati—yang tidak hanya memimpin dari depan, tetapi juga berkarya dari hati.
Penulisan: iTO