Solo – Janji hadiah senilai Rp100 juta yang disampaikan oleh Dodi, selaku pemilik Yayasan Prantas, pada ajang PTANATAS Nasional Paraclimbing Competition hingga kini belum juga terealisasi.
Acara tersebut sebelumnya digelar di Stadion Manahan, Solo, pada 30 November hingga 1 Desember 2024 dan diikuti oleh puluhan atlet difabel dari berbagai daerah di Indonesia.
Hingga Selasa (14/10/2025), para peserta mengaku belum menerima hadiah yang dijanjikan. Saat awak media Berita Istana mencoba melakukan konfirmasi kepada pihak terkait — termasuk Rafif, Aris, dan Dodi — melalui pesan WhatsApp, belum ada tanggapan dari pihak manapun.
Salah satu peserta, Slamet Kardiman, warga asli Sragen yang kini berdomisili di Solo, mengaku kecewa dengan belum cairnya hadiah yang dijanjikan.
“Sampai sekarang hadiah Rp100 juta belum diberikan kepada para peserta yang menang. Padahal peserta datang dari berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Kalimantan, Bandung, Sragen, dan Solo,” ujar Slamet kepada wartawan, Selasa (14/10/2025).
Slamet menjelaskan, hadiah tersebut dijanjikan akan dibagi kepada para peserta, termasuk kategori tunanetra, amputasi, dan polio, sebagaimana disampaikan langsung oleh Dodi selaku pemilik yayasan yang bergerak di bidang penyediaan alat bantu bagi penyandang disabilitas.
“Kami berharap apa yang sudah dijanjikan segera direalisasikan. Jangan sampai hak-hak kami yang sudah berjuang tidak diberikan,” tambah Slamet.
Sementara itu, Widi Nuryanto, salah satu koordinator peserta asal Yogyakarta, membenarkan bahwa hingga kini belum ada kejelasan soal hadiah.
“Kurang lebih ada 70 atlet dari berbagai daerah, mulai dari Sulawesi Utara, Bali, Kalbar, Jakarta, Jawa Timur, DIY, Jawa Tengah, hingga Sumatra. Iya, sampai saat ini hadiah belum juga terealisasi,” ujar Widi.
“Kami dari Yogyakarta membawa 12 atlet difabel, ada yang amputasi, polio, dan tunanetra. Saya merasa bertanggung jawab karena saya yang mengajak teman-teman ikut acara itu. Tapi ternyata hanya dijanjikan oleh Dodi,” tegasnya.
Menurut Widi, Dodi yang menjabat sebagai ketua panitia sekaligus pengusaha pemilik Yayasan Prantas, bukan merupakan bagian dari komunitas difabel.
“Kami berharap jangan sampai kami dijadikan alat bisnis pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hadiah yang dijanjikan tolong segera diberikan,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Warsito, selaku Direktur Utama PT Berita Istana Negara, meminta penyelenggara segera menyelesaikan persoalan ini secara terbuka dan bertanggung jawab.
“Kasihan saudara-saudara kita difabel yang sudah semangat ikut lomba. Jangan hanya dijanjikan tanpa realisasi. Jika dalam waktu dekat belum ada penyelesaian, kami siap memberikan pendampingan hukum secara gratis,” tegas Warsito.
Ia menambahkan, pihaknya akan terus mengawal kasus ini agar para atlet difabel tidak dirugikan.
“Jangan sampai saudara-saudara kita dijadikan alat bisnis oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” pungkasnya.
Penulisan; iTO