Sragen – Warga Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, mengeluhkan kondisi jalan desa yang sudah 16 tahun tidak pernah tersentuh pembangunan. Jalan paling ujung barat, tepatnya dari Dukuh Sendangsono menuju Nongorejo, saat ini mengalami kerusakan parah dan belum pernah diperbaiki meski program Dana Desa sudah berjalan bertahun-tahun.
“Kami sebagai warga ingin merasakan jalan ini diperbaiki agar anak-anak kami menuju sekolah tidak terganggu. Jalan adalah prioritas utama untuk mengembangkan ekonomi, tapi kalau jalan rusak, otomatis ekonomi juga rusak,” ungkap salah satu warga dengan nada kesal.
Menurut penuturan warga kepada Berita Istana, jalan tersebut terakhir kali dibangun pada tahun 2009 melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Setelah itu, hingga kini belum pernah tersentuh pembangunan kembali.
“Sejak 2009 sampai sekarang, tidak ada perhatian lagi. Bahkan banyak mobil nyangkut ketika warga atau pengunjung mau mancing ke Waduk Kedung Ombo karena jalan rusak parah,” tambah warga lainnya.
Namun berbeda dengan akses jalan menuju pinggiran Waduk Kedung Ombo (WKO) yang tampak mulus. Hasil penelusuran tim investigasi Berita Istana mendapati bahwa jalan tersebut ternyata hasil swadaya warga Kampung Nongorejo RT 30. Mereka patungan mulai Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per rumah untuk memperbaiki jalan.
“Itu jalan bukan dari pemerintah, tapi murni iuran warga. Jadi, kalau mau merasakan jalan mulus ya harus iuran sendiri,” ujar seorang warga setempat.
Selain jalan utama, warga juga mengeluhkan kondisi jalan perhutani yang turut menjadi akses masuk desa. Jalan tersebut rusak parah meskipun bukan kewenangan desa. “Setidaknya pihak desa mencarikan solusi. Pernah ada anak sekolah yang jatuh di jalan itu. Apalagi di tanjakan ada talud yang dikerjakan asal jadi. Talud itu tidak jelas tapi memakan anggaran banyak,” cetus warga.
Berdasarkan data, Dana Desa (DD) Ngargosari pada tahun 2023 tercatat sebesar Rp 1.662.149.000. Dari jumlah tersebut, pembangunan jalan usaha tani menghabiskan Rp 127.967.500, sementara pembangunan jalan lingkungan permukiman/gang mencapai Rp 628.170.000. Total keseluruhan untuk infrastruktur jalan tahun 2023 sebesar Rp 756.137.500.
Adapun pada tahun 2024, anggaran untuk jalan lingkungan permukiman/gang serta jalan usaha tani tercatat sebesar Rp 301.501.000. Namun, warga menilai alokasi tersebut tidak menyentuh akses utama yang sudah rusak lebih dari satu dekade.
“Kami berharap pemerintah desa maupun kabupaten bisa bekerja sama dengan baik. Jalan yang sudah puluhan tahun tak pernah diperbaiki ini harus segera mendapatkan perhatian,” tegas warga.
Hingga berita ini diterbitkan, masih banyak pihak yang perlu dikonfirmasi, baik pemerintah desa maupun pihak terkait lain, guna keseimbangan pemberitaan.
(Tim:Red)