Gunung Tumpang Pitu: Tambang Emas Raksasa Banyuwangi yang Menyisakan Jejak Kontroversi

Berita Istana
2 Min Read

BANYUWANGI — Gunung Tumpang Pitu di Kecamatan Pesanggaran bukan sekadar bentang alam biasa. Kawasan yang kini berubah menjadi pusat industri ekstraktif ini tercatat sebagai salah satu tambang emas terbesar di Indonesia, dengan luas konsesi mencapai 4.998 hektare. Dari total area tersebut, sekitar 1.115 hektare telah dimanfaatkan untuk aktivitas tambang sejak resmi beroperasi pada 2016–2017.

Sejak kali pertama mesin-mesin raksasa mulai menggali perut bumi Tumpang Pitu, denyut kehidupan di wilayah pesisir selatan Banyuwangi ikut berubah. Di satu sisi, hadirnya tambang modern berteknologi tinggi itu membuka lapangan kerja, menggerakkan rantai ekonomi lokal, dan memberikan pemasukan signifikan bagi daerah. Banyak warga yang sebelumnya menggantungkan hidup pada sektor informal kini menemukan peluang baru sebagai operator alat berat, sopir logistik hingga pekerja teknis.

Namun di balik geliat ekonomi itu, bayang-bayang kontroversi tak pernah hilang. Pro dan kontra terus mencuat dari masyarakat, kelompok pemerhati lingkungan, hingga sejumlah akademisi. Kekhawatiran terbesar terletak pada risiko kerusakan lingkungan, mulai dari perubahan bentang alam, potensi pencemaran air, hingga dampak terhadap keberlanjutan ekosistem pesisir yang selama ini menjadi tumpuan hidup warga nelayan.

Bagi sebagian warga, aktivitas tambang dianggap mengubah wajah kampung pesisir yang dulu tenang menjadi kawasan industri yang hiruk-pikuk. Sementara itu, pihak perusahaan berkali-kali menegaskan bahwa seluruh operasional dilakukan sesuai standar keamanan dan analisis dampak lingkungan yang telah disetujui pemerintah.

Meski demikian, dinamika di Tumpang Pitu seolah menjadi potret pertarungan kepentingan antara pembangunan dan keberlanjutan lingkungan. Pertanyaan besarnya tetap sama: sejauh mana aktivitas tambang emas raksasa ini dapat berjalan seimbang tanpa mengorbankan masa depan masyarakat dan alam Banyuwangi?

Hingga kini, Gunung Tumpang Pitu terus menjadi sorotan publik—sebuah pusat produksi emas yang bersinar terang, namun juga menyisakan bayang-bayang persoalan yang tak kunjung padam.(Tim:Red)

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *