Tangen, Sragen — Debu, kubangan air, dan aspal mengelupas pernah menjadi cerita harian warga Kecamatan Tangen. Selama kurang lebih 15 tahun, ruas jalan yang menghubungkan Sigit–Towo–Pule sepanjang 2,5 kilometer seolah luput dari sentuhan pembangunan. Setiap musim hujan, jalan berubah menjadi jebakan. Setiap musim kemarau, debu menari di udara. Namun kisah itu kini tinggal kenangan.
Hari Jumat, 19 Desember 2025, suasana berbeda terasa di Desa Denanyar, Tangen. Di sebuah warung sederhana milik Mbah Dar, beberapa warga tampak duduk santai. Gelas-gelas es teh dingin berembun di atas meja kayu, menjadi saksi perubahan yang lama dinanti. Jalan di depan mereka kini hitam mulus, rata, dan nyaman dilalui.
“Rasanya kayak mimpi,” ujar Arif, warga Tangen yang hampir setiap hari melintas menuju Monggot, Geyer. Matanya sesekali menatap ke arah jalan baru itu, seolah memastikan apa yang dilihatnya nyata. “Dulu lewat sini harus pelan-pelan, salah sedikit bisa jatuh atau rusak motor. Sekarang? Alhamdulillah, enak.”
Arif bukan satu-satunya yang merasakan dampak langsung. Ia mengaku, sejak jalan tersebut diperbaiki, ritme hidupnya ikut berubah. “Berangkat kerja sekarang lebih tenang. Nggak ada lagi cerita telat gara-gara jalan rusak. Saya pribadi benar-benar berterima kasih kepada Bupati Sragen,” tuturnya tulus.
Di sampingnya, Mbah Sudar, warga Denanyar yang telah puluhan tahun tinggal di kawasan itu, hanya tersenyum sambil menyeruput es teh. Baginya, jalan mulus ini bukan sekadar proyek infrastruktur, tapi simbol harapan yang akhirnya terwujud. “Sudah lama sekali kami menunggu. Baru kali ini benar-benar jadi,” katanya pelan.
Pujian warga itu mengalir kepada Bupati Sragen, Sigit Pamungkas. Bagi masyarakat Tangen, nama Sigit kini bukan sekadar janji kampanye. Ia hadir dalam bentuk nyata: aspal yang rapi, drainase yang tertata, dan akses yang kembali membuka denyut ekonomi warga.
“Pak Sigit ini bukan cuma bicara,” lanjut Arif. “Beliau kasih bukti. Memang belum semua wilayah bisa dibangun sekaligus, tapi yang sudah dikerjakan kualitasnya bagus. Ini yang kami rasakan.”
Ruas jalan Sigit–Towo–Pule kini menjadi urat nadi baru bagi aktivitas warga. Anak sekolah lebih aman berangkat pagi, pedagang lebih cepat membawa barang, pekerja tak lagi dihantui keterlambatan. Jalan itu bukan hanya menghubungkan desa ke desa, tetapi juga menghubungkan harapan lama dengan kenyataan hari ini.
Bagi warga Denanyar dan Tangen pada umumnya, perubahan ini sederhana namun bermakna: setelah belasan tahun terabaikan, akhirnya ada perhatian. Dan di warung kecil Mbah Dar, di antara tawa ringan dan es teh dingin, satu kalimat sering terdengar:
“Ternyata, jalan rusak bisa benar-benar jadi mulus.”(Ags)