Warga Sragen Digegerkan Pengakuan Anak Kades Jirapan: Saya Tak Pernah Nikmati Uang Sepeserpun dari Bapak

Berita Istana
8 Min Read

Sragen — Pengakuan mengejutkan datang dari seseorang yang mengaku sebagai anak Kepala Desa Jirapan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Dalam rangkaian percakapan via WhatsApp dan telepon dengan Warsito, pimpinan redaksi Berita Istana yang dikelola PT Berita Istana Negara, pria yang mengidentifikasi diri sebagai Arya (25) menyatakan bahwa dirinya belum pernah menerima atau menikmati uang sepeserpun dari ayahnya yang menjabat sebagai kepala desa.

Kabar ini berawal dari sebuah pesan WhatsApp yang dikirim pada Minggu, 21 September 2025, pukul 15.50 WIB. Pengirim menulis: “sore mas, ada informasi yang saya inginkan tanyakan apakah bisa berbicara di telfon ? bisa saya telfon mas ? saya arya mas dari jakarta” kepada Warsito melalui nomor 0852-5751-5757. Percakapan berlanjut melalui telepon setelah panggilan balik yang dilakukan Warsito.

Kronologi percakapan ; Pukul 17.18 WIB, nomor +62 813-1137-5*** mencoba melakukan panggilan dua kali namun tidak terjawab. Pukul 18.19 WIB, Warsito menghubungi kembali dan terjadilah percakapan panjang yang membeberkan sejumlah pernyataan penting dari pihak yang mengaku Arya.

Dalam percakapan tersebut, Arya mengaku mengetahui isu-isu yang selama ini viral terkait Desa Jirapan: dugaan mark up anggaran, wahana yang mangkrak, keberadaan BUMDes yang tidak jelas, dana aspirasi yang tak transparan, hingga renovasi pendopo balai desa. Namun, ia menegaskan berkali-kali bahwa ia pribadi tidak pernah menerima uang dari ayahnya, bahkan menyatakan keluarganya tidak hidup berkecukupan dan masih tinggal di rumah neneknya.

“Kalau memang orang tua saya salah, berarti orang tua saya layak mendapatkan resikonya, tapi kalau orang tua tidak bersalah ya saya akan melaporkan balik atas pencemaran nama baik,” kata Arya saat menanggapi tuduhan yang beredar. Ia juga menantang adanya audit dan pembuktian: “ayo bang kita lakukan audit kita cek buku rekening uang masuk kemana saja.”

Arya beberapa kali mendesak agar semua tuduhan dibawa ke ranah hukum, tetapi dengan syarat bukti-bukti harus komplet. Ia menekankan kekhawatirannya terhadap kemungkinan pencemaran nama baik jika bukti tidak kuat. Di saat terpojok oleh pertanyaan Warsito, Arya mengaku berbicara sebagai anak kepala desa yang merasa nama baik keluarga dicemarkan. Ia juga menyinggung adanya praktik setoran oleh perangkat desa yang menurutnya terjadi ke pihak lain, sementara sang kepala desa tidak pernah menerima hasilnya secara pribadi.

Arya mengaku sudah “terbiasa sering perang seperti ini” dan menyinggung adanya pola setoran uang dari pabrik: “Ada pabrik yang sudah bertahun-tahun setor ke desa tapi duit-duit diambil sama perangkat desa,tapi bapak saya tidak dikasih ujar Arya.”

Percakapan itu juga menyinggung isu internal desa; Arya menduga ada konflik antara kepala desa dengan sejumlah perangkat seperti carik atau sekdes, yang mungkin menjadi pemicu munculnya pemberitaan. “Mungkin karena orang tua saya terlalu baik dengan semua orang, entah kenapa mungkin orang tua saya sedang ada permasalah dengan carik atau sekdes,” kata Arya.

Lebih lanjut, Arya mempertanyakan standar penegakan hukum: mengapa ada kepala desa yang memiliki mobil mewah seperti Pajero tetapi tidak disentuh hukum, sementara ayahnya yang menurutnya “tidak punya apa-apa” menjadi sasaran pemberitaan dan pengusutan.

Dalam percakapan, Arya menyatakan kesiapannya untuk menyiapkan pengacara dan “membawa ke ranah hukum” jika bukti-bukti yang dimiliki oleh pihak pelapor dianggap valid. Ia juga menyatakan akan melakukan pelaporan balik jika tuduhan tidak terbukti.

Menanggapi tuduhan yang dilontarkan Arya, Direktur Utama PT Berita Istana Negara, Warsito, memberikan penjelasan sekaligus nasehat. Ia menekankan agar Arya tidak melupakan jasa dan kerja keras orang tuanya.

“Begini mas Arya, jangan pernah melupakan kerja orang tua. Sampean sampai sebesar ini juga berkat kerja keras bapak sampean. Apakah ketika sampean dikasih uang orang tua, perlu sampean menanyakan ini uang dari mana?” ujar Warsito dengan nada menasehati.

Lebih lanjut, Warsito menegaskan soal tuduhan adanya pihak yang mengorder pemberitaan di medianya. Ia membantah keras tuduhan tersebut.

“Terkait siapa yang order media saya, perlu kami tegaskan kepada Arya, sampai saat ini tidak ada yang order media saya. Apa yang kami terbitkan di berbagai media online berdasarkan informasi dari masyarakat Desa Jirapan, yang menjadi pengikut TikTok Mata Jateng. Semuanya berawal dari dugaan mark up anggaran. Warga lain juga menyampaikan bahwa di Desa Jirapan ada wahana mangkrak. Karena lokasi wahana itu dengan rumah saya hanya berjarak sekitar 1,7 kilometer, jadi ketika ada warga yang DM, kami langsung melakukan investigasi dan bertemu dengan warga,” tegasnya.

Warsito juga menyebut informasi dari narasumber terpercaya bahwa tanah kas desa milik BPD dengan luas kurang lebih 1,2 hektar saat ini kondisinya mangkrak.

Terkait tuduhan Arya bahwa pemberitaan di media online dan Mata Jateng bersumber dari carik atau sekdes, Warsito menampiknya. “Itu sangat tidak benar. Sampai saat ini saya belum pernah melihat batang hidung sekdes Jirapan. Memang pada 29 Agustus saya pernah konfirmasi kepada sekdes Jirapan, tetapi tidak dijawab. Nomor sekdes itu pun saya dapat dari warganya,” jelasnya.

Warsito menekankan, media yang ia pimpin bersifat independen dan tidak bisa diintervensi oleh siapapun. “Semua tuduhan Arya soal siapa yang order media saya sangat tidak masuk akal. Media kami independen, kami selalu memberikan informasi terbaru dan terpercaya,” ungkapnya.

Menutup tanggapannya, Warsito kembali memberi pesan menasehati. “Jangan melupakan kerja keras bapak. Tidak mungkin kamu lahir ke dunia ini tanpa kerja keras bapak atau orang tua. Apakah sejak lahir Arya sudah bisa cari uang sendiri? Walaupun uang yang kamu miliki buat biaya sekolah sampai kuliah itu dari ibumu, tapi semua itu tidak luput dari hasil kerja keras bapakmu,” pungkas Warsito.

Sementara itu, pihak redaksi Berita Istana — melalui Warsito — melakukan verifikasi awal dengan merekam percakapan dan menanyakan ketersediaan bukti serta saksi dari pihak yang mengaku Arya.

Upaya untuk mengonfirmasi pernyataan ini kepada Kepala Desa Jirapan dan perangkat desa setempat terus dilakukan. Hingga berita ini diterbitkan, konfirmasi resmi dari Kantor Desa Jirapan maupun pernyataan tertulis dari yang bersangkutan belum diterima. Redaksi membuka ruang konfirmasi dan akan memuat tanggapan resmi jika pihak desa atau pihak terkait menghubungi redaksi.

Belakangan ini Desa Jirapan menjadi sorotan publik karena beredarnya sejumlah laporan dan tuduhan soal pengelolaan anggaran, proyek yang diduga mangkrak, serta dugaan ketidaktransparanan pengelolaan BUMDes dan dana aspirasi. Isu-isu tersebut telah memicu perbincangan di media sosial dan perhatian warga setempat.

Kasus ini memperlihatkan betapa pentingnya verifikasi bukti sebelum membawa persoalan ke ranah hukum atau publik. Redaksi Berita Istana mendorong pihak yang merasa memiliki bukti konkret—dokumen transaksi, bukti audit, atau saksi yang dapat dipertanggungjawabkan—untuk menyerahkannya kepada aparat penegak hukum atau menyediakan bukti tersebut kepada media agar proses pencarian kebenaran berjalan adil.

Laporan: Warsito, Pimpinan Redaksi Berita Istana (PT Berita Istana Negara)
Kontak redaksi: 0852-5751-5757 email: ptberitaistananegara@gmail.com

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *