Kisah Wahyu Rohadi Mantan Kapolres Pekalongan yang Dikenang Anak Yatim Piatu, Kini Menjadi Brimob

SEMARANG – Kota Batik di Pesisir Pantura Jawa itu, bukan hanya menyimpan keindahan seni dan budaya, namun juga menyimpan sejuta kisah tentang harapan, perjuangan, dan kemanusiaan. Di antara gemerlap motif batik dan aroma laut yang menyusup ke sela gang-gang kecil, tumbuhlah seorang gadis bernama Titania.

Sosok AKBP Wahyu Rohadi masih membekas di hati banyak orang, terutama bagi dua anak yatim piatu yang kini tumbuh menjadi pribadi tangguh—salah satunya bahkan telah mengabdikan diri sebagai anggota Brimob. Bagi Titania Aurelia Susetiyo Putri dan sang kakak, Rendy Ardiyansyah Susetiyo Putra, Wahyu bukan hanya seorang Kapolres, tetapi juga figur ayah kedua yang hadir di saat gelap kehidupan menyelimuti.

Wahyu Rohadi menjabat sebagai Kapolres Pekalongan Kota sejak 15 September 2021 hingga 3 April 2023, sebelum kemudian melanjutkan tugasnya sebagai Kapolres Kabupaten Pekalongan pada tahun 2024. Di balik jabatan formalnya, Wahyu dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati, peduli, dan tak pernah lupa pada keluarga besar Bhayangkara.

Kisah ini bermula dari tragedi memilukan yang menimpa Brigadir Herry Susetiyo, anggota Polres Pekalongan Kota, yang wafat karena Covid-19 pada 9 Desember 2020 di RS Bendan Kota Pekalongan. Beberapa bulan sebelumnya, sang istri, Diah Ernawati, telah terlebih dahulu berpulang pada 25 April 2020. Kepergian kedua orang tua secara beruntun meninggalkan duka mendalam bagi dua buah hati mereka—Rendy (saat itu berusia 19 tahun) dan Titania (18 tahun).

Saat duka masih menggantung, hadir sosok AKBP Wahyu Rohadi yang tak tinggal diam. Ia menjadi tumpuan harapan bagi dua anak almarhum. Wahyu membantu pendidikan, kehidupan, bahkan menjadi sandaran psikologis bagi Titania dan Rendy. Kini, Rendy berhasil menjadi anggota Brimob—sebuah bukti bahwa kasih dan kepedulian bisa mengubah luka menjadi semangat juang.

Baca Juga:  Desak Kapolri! Copot Kapolda Jateng dan Kapolres Blora Melalui Surat Resmi dari PPWI

Pada Kamis, 17 Juli 2025, tim dari Berita Istana yang dipimpin langsung oleh Direktur Utama PT Berita Istana Negara, Warsito, mengadakan pertemuan di kantin Polda Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, Semarang. Dalam pertemuan yang dihadiri oleh Trisno Yuliyanto, Mujiyat, dan Titania Aurelia sendiri, muncul fakta memilukan lain.

Titania menceritakan bahwa hingga kini masih ada uang peninggalan almarhum ayah dan ibunya yang belum ia terima. Uang tersebut, menurut Titania, berada dalam penguasaan rekan almarhum bernama Solikul Hadi, yang kini bertugas di Polres Demak. Uang tersebut menjadi hak Titania dan Rendy sebagai ahli waris, namun belum diserahkan hingga kini.

Dalam langkah mencari keadilan, Titania pun menghadap kuasa hukumnya, Dedy Afriandi Nusbar, di Polda Jateng. Tujuan mereka jelas—menuntut hak yang seharusnya sudah menjadi milik mereka, sebagai bentuk penghargaan terakhir bagi jasa dan pengorbanan kedua orang tuanya.

Kisah ini bukan sekadar potret keluarga Bhayangkara yang dilanda duka, tetapi juga tentang harapan, perjuangan, dan arti solidaritas. Di tengah kerasnya dunia, ada sosok pemimpin seperti Wahyu Rohadi yang menjadi cahaya. Ada pula keberanian seperti Titania yang tak menyerah, demi mengangkat kehormatan orang tua dan masa depan yang layak.

Sambil menunggu kedatangan Dedy Afriandi Nusbar dan Kaperwil Berita Istana Jawa Tengah, Vio Sari, suasana ruang tunggu itu terasa hangat. Obrolan perlahan mengalir, bukan tentang tugas atau protokol, tapi tentang sosok yang telah menanamkan kebaikan di hati banyak orang—AKBP Wahyu Rohadi.

Trisno, seorang ASN yang pernah bertugas di lingkungan Polres Pekalongan Kota, membuka cerita dengan suara berat namun penuh penghargaan. “Beliau orang baik,” ucapnya, merujuk pada AKBP Wahyu Rohadi, yang pernah menjabat sebagai Kapolres Pekalongan Kota dari 15 September 2021 hingga 3 April 2023. Kini, Wahyu menjabat sebagai Kapolres Kabupaten Pekalongan.

Baca Juga:  LUAR BIASA! Kapolres Boyolali Terima Kunjungan Silaturahmi Kaperwil Berita Istana

Trisno mengenang saat-saat ketika ia dan Hery, rekan kerjanya, masih berbagi ruangan di kantor Polres. Hery sering berbicara tentang anak-anaknya, terutama keinginan mereka untuk menjadi anggota Polri. “Anak-anakku ingin mengabdi pada negeri,” kata Hery suatu waktu kepada Trisno, dengan nada penuh harap.

Namun takdir berkata lain. Pada 9 Desember 2020, hari pemilihan Wali Kota Pekalongan, kabar duka datang. Rendy Ardiyansyah Sesutiyo Putra, putra Hery, menelepon Trisno dengan suara bergetar. Ayahnya telah tiada.

“Pak, Bapak saya sudah nggak ada…” begitu suara Rendy di ujung telepon. Trisno yang tengah siaga saat itu langsung bergerak. Malam itu juga, jenazah Hery dimakamkan. Hadir dalam pemakaman adalah Kapolres saat itu, AKBP Mochammad Irwan Susanto—kini penyidik di Mabes Polri.

Tahun-tahun berlalu. Tapi jejak kebaikan tak pernah hilang. Rendy kini menjadi anggota Brimob. Saat dihubungi oleh awak media Berita Istana, suara lelaki muda itu terdengar penuh rasa syukur.

“Saya bisa jadi Brimob ini karena dukungan penuh dari Om Trisno dan, terutama, karena Bapak AKBP Wahyu Rohadi. Beliaulah yang bantu semua, dari hati. Kalau ada yang bilang saya dibantu orang lain atau pakai uang orang tua saya—yang sudah tiada—itu bohong besar,” tegas Rendy, suaranya bergetar, air matanya jatuh tak tertahan.

Sementara itu, kisah lain menyusul dari Titania, anak perempuan Hery. Saat Trisno menceritakan kembali kebaikan AKBP Wahyu, Titania tak mampu menahan tangis. Air matanya mengalir deras. Ia kini bekerja di sebuah pusat perbelanjaan ternama di Kota Pekalongan, dan seperti almarhum ayahnya, ia tetap memendam harapan tinggi.

“Saya tetap ingin kuliah… kalau nanti sudah ada biaya,” ujarnya lirih. Suaranya lembut, namun tekadnya teguh.

Baca Juga:  Keberadaan SMA SIGER, Bunda Eva Tuai Apresiasi Nasional: Wilson Lalengke Dukung Langkah Pro-Rakyat

Trisno hanya diam, matanya pun berkaca. Ia tahu, bahwa kebaikan yang ditanam AKBP Wahyu Rohadi telah tumbuh menjadi semangat baru dalam hidup anak-anak Hery. Tak banyak pejabat yang mau mengulurkan tangan tanpa pamrih, tapi AKBP Wahyu adalah pengecualian.

“Pak Wahyu bukan hanya pemimpin, tapi juga ayah bagi mereka yang telah kehilangan,” ucap Trisno.

Kini, di sela tugas dan tanggung jawabnya sebagai Kapolres Kabupaten Pekalongan, AKBP Wahyu Rohadi mungkin tak banyak bicara soal kebaikan yang telah ia tanam. Tapi kisah Rendy dan Titania akan terus menjadi saksi, bahwa di balik seragam itu, ada hati yang tulus, ada cinta yang tak pernah menuntut balas.

Penulis : iTO

Array

Bagikan ini:

Redaksi

PT. BERITA ISTANA NEGARA

Berita terkini
Scroll to Top