Sragen, – | Kabar mencengangkan mengguncang Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Sejak tahun 2019, lima jabatan perangkat desa dibiarkan kosong tanpa pengisian hingga kini. Kekosongan itu menimbulkan tanda tanya besar di kalangan warga, terutama soal ke mana larinya gaji perangkat desa yang tidak terpakai dan uang sewa tanah bengkok yang nilainya ditaksir mencapai milyaran.(Minggu 2 November 2025).
Menurut keterangan warga setempat, Desa Tenggak seharusnya memiliki sebelas perangkat desa yang aktif. Namun sejak lima perangkat — yakni kaur kesra, kaur perencanaan, kaur umum, dan kaur pembangunan — pensiun pada tahun 2019, posisi mereka tak kunjung diisi.
“Yang masih aktif sekarang cuma kaur keuangan, sekdes, kadus, dan satu lagi kaur pemerintahan yang sebentar lagi juga habis masa jabatannya. Tapi selama ini belum ada pengisian sama sekali,” ujar seorang warga yang ditemui Berita Istana di lokasi, Sabtu (2/11).
Ia menambahkan, di tengah kekosongan itu masih ada dua kebayanan yang berjalan, namun fungsi pemerintahan desa terasa pincang karena beban kerja perangkat yang tersisa semakin berat.
Warga pun mulai mempertanyakan ke mana aliran dana yang seharusnya digunakan untuk menggaji perangkat desa yang kosong, serta hasil sewa tanah bengkok yang disebut mencapai nilai fantastis.
“Kalau tanah bengkok disewakan Rp15 juta per tahun, berarti selama lima tahun untuk lima perangkat yang kosong bisa mencapai Rp375 juta. Ditambah gaji perangkat kosong selama lima tahun sekitar Rp660 juta. Kalau dijumlahkan, bisa lebih dari satu miliar rupiah,” ungkap warga sambil menegaskan pentingnya transparansi dana desa.
Selain itu, warga juga mengaku tidak pernah diundang dalam musyawarah desa untuk membahas laporan Silva atau sisa lebih penggunaan anggaran desa. “Kami tidak tahu-menahu soal laporan Silva itu. Tidak pernah ada penjelasan di forum desa,” imbuh warga lain dengan nada kesal.
Menanggapi hal itu, Kepala Desa Tenggak, Setyanto, membenarkan bahwa pengisian perangkat desa memang sempat diajukan, namun mengalami kendala administratif.
“Saya sudah pernah mengajukan ke Bupati lama, Ibu Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Tapi karena ada permasalahan, rekomendasinya sempat dicabut. Dulu sempat mau diisi, tapi ditunda,” jelas Setyanto saat dikonfirmasi Berita Istana.
Ia menambahkan bahwa pada tahun 2024 pihaknya kembali mengajukan permohonan pengisian perangkat desa, namun masih menunggu persetujuan lebih lanjut. “Terkait tanah kas bengkok dan gaji perangkat yang kosong, itu semua masuk ke Silva Desa. Nantinya akan digunakan untuk pengisian perangkat baru,” ujar Setyanto menutup percakapan.
Sementara itu, Agung Joko Driyono, pemerhati kebijakan publik Sragen, menilai perlunya audit menyeluruh oleh Inspektorat Kabupaten Sragen untuk memastikan kebenaran klaim penggunaan dana tersebut.
“Kalau benar uang bengkok dan gaji dimasukkan ke Silva, itu bagus. Tapi harus dipastikan dulu, uangnya benar-benar ada atau tidak. Hal ini bisa dilaporkan ke Inspektorat agar dilakukan audit,” tegas Agung.
Kini, publik menunggu langkah tegas pemerintah kabupaten untuk menindaklanjuti dugaan penyimpangan tersebut. Warga Desa Tenggak berharap agar pemerintah turun langsung memeriksa keuangan desa dan memastikan transparansi serta keadilan dalam pengelolaan dana desa demi terciptanya pemerintahan yang bersih dan dipercaya masyarakat.
Kasus kekosongan perangkat desa selama bertahun-tahun dan dugaan tidak transparannya penggunaan dana desa di Desa Tenggak kini menjadi sorotan publik. Warga berharap pemerintah kabupaten segera turun tangan agar tata kelola pemerintahan desa bisa kembali bersih dan transparan.
Warga Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, hingga kini masih mengenang peristiwa tragis yang menimpa salah satu perangkat desa mereka, Aris Wijayanto (30). Sosok muda yang dikenal ramah dan berdedikasi itu ditemukan meninggal dunia secara misterius di dalam mobil Isuzu Panther miliknya, yang terparkir di tepi jalan Sragen–Solo, tepat di depan Kantor Unit BRI Duyungan, pada Minggu malam, 3 Januari 2021.(iTO)